Semakin bertambahnya ilmu agama, kita akan semakin sadar terhadap perintah dan larangan Allah Ta’ala dan juga sunnah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Seperti perintah menutup aurat dengan menggunakan hijab bagi wanita dan sunnah memelihara jenggot bagi pria sebagaimana yang dicontohkan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam . Kita akan berusaha menjalankan syariat Islam semaksimal mungkin.
Dengan berjalannya waktu penampilan dan pemahaman kita pun berubah. Kita tak lagi bermudah-mudah dalam bicara, atau melakukan hal yang sia-sia. Kita menjadi makin berbeda dengan diri dan teman-teman yang dulu.
Kita berubah 180 derajat dan justru selalu menasihati, mengajak mendekatkan diri pada Agama dan menjauhkan diri dari maksiat.Dimata mereka kita jadi tidak seasyik dulu, membuat mereka menjauh, menjadikan kita terasing.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh beruntunglah orang yang asing (HR. Muslim no. 145).
Artinya bahwa islam datang dalam keadan asing sebagaimana keadaan di Mekkah dan di Madinah ketika awal-awal hijrah. Islam tidak diketahui dan tidak ada yang mengamalkan kecuali sedikit orang saja. Kemudian ia mulai tersebar dan orang-orang masuk (Islam) dengan jumlah yang banyak dan dominan di atas agama-agama yang lain.
Dan Islam akan kembali asing di akhir zaman, sebagaimana awal kemunculannya. Ia tidak dikenal dengan baik kecuali oleh sedikit orang dan tidak diterapkan sesuai dengan yang disyariatkan kecuali sedikit dari manusia dan mereka asing.
Bila kita sekarang menjadi terasing di lingkungan sendiri, jangan lah berkecil hati. Karena Rasul sudah menjelaskan mereka yang terasing karena menjalankan ketaatan sesungguhnya adalah orang yang beruntung.
|Baca Juga : Berani Menggenggam Bara Api ?
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
طُوبَى لِلْغُرَبَاءِ فَقِيلَ مَنِ الْغُرَبَاءُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أُنَاسٌ صَالِحُونَ فِى أُنَاسِ سَوْءٍ كَثِيرٍ مَنْ يَعْصِيهِمْ أَكْثَرُ مِمَّنْ يُطِيعُهُمْ
Berbahagialah orang-orang yang asing.’ Dikatakan kepada beliau, ‘Siapa mereka, wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Manusia yang shalih yang berada di tengah banyaknya manusia yang jahat. Orang yang menyelisihi mereka lebih banyak dibandingkan orang yang menaati mereka. (HR. Ahmad, 2:177, no. 6650; Ath-Thabrani, 10:259; Al-Ajuri di Al-Ghuraba’, hlm. 22; Syu’aib Al-Arna’uth, “Hadits hasan li ghairih.”)
Oleh karena itu bersabarlah saat mengamalkan sunnah Rasulullah. Bersabar saat dikucilkan oleh teman dan kerabat. Saat kamu tak lagi di invite dalam suatu grup Whatsapp, karena kamu sejatinya adalah orang yang beruntung.
Simpan baik-baik perkataan sahabat yang mulia Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu
الجَمَاعَةُ مَا وَافَقَ الحَقَّ وَإِنْ كُنْتَ وَحْدَكَ
Yang disebut jama’ah adalah jika mengikuti kebenaran, walau ia seorang diri.” (Dikeluarkan oleh Al Lalikai dalam Syarh I’tiqod Ahlis Sunnah wal Jama’ah 160 dan Ibnu ‘Asakir dalam Tarikh Dimasyq 2/ 322/ 13).
@bakda subuh, 6 Oktober 2020, Menjelang presentasi Pancasila sebagai etika politik, PSBB Jakarta
Thehabaib.com – Media Islam dan Kajian Online