Tauhid adalah mengesakan Allah Ta’ala dengan beribadah kepada-Nya semata. Terwujudnya ibadah para manusia menjadi tujuan Allah menciptakan alam semesta. Allah Ta’ala berfirman :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaku (QS Adz Dzariyat ayat 56 )
|Baca Juga : Kita Hidup Untuk Apa sih?
Maksudnya agar jin dan manusia itu melakukan ibadah ditujukan kepada Allah semata dan hanya kepada Allah saja mereka berdoa.
Dari kandungan dan tafsir ayat-ayat Al-Quran Ulama mendapatkan tauhid terbagi menjadi tiga, yaitu :
- Tauhid Rububiyah yaitu meyakini bahwa Allah adalah Tuhan dan pencipta alam semesta ini. Orang-orang kafir pun mengakui Tauhid dalam bentuk ini, namun pengakuan mereka belum menjadikan mereka tergolong sebagai orang Islam.
Allah Ta’ala berfirman :
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ ۖ فَأَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ
Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka “Siapa yang telah menciptakan mereka”, niscaya mereka akan menjawab “Allah!” (QS Az-zukhruf ayat 87)
- Tauhid Uluhiyah yaitu menujukan kepada Allah semata segala bentuk ibadah seperti berdoa, meminta pertolongan, thawaf, menyembelih kurban, bernazar dan lain-lain. Tauhid ini jelas ditolak oleh orang-orang kafir,karena mereka mengakui adanya Allah tapi mereka menolak untuk menyembah hanya kepada Allah semata.
Selama 13 tahun di Mekah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengajak kaumnya bangsa Arab untuk mengatakan “Laa ilaaha illallah” namun mereka menjawab, “kami disuruh menyembah satu Tuhan saja! Sungguh ini suatu perkataan aneh yang belum pernah kami mendengarnya!” Hal itu karena mereka tahu betul makna dan konsekuensi dari kalimat tersebut. Mereka tahu bahwa siapa yang berani mengucapkan kalimat “Laa ilaaha illallah” berarti dia tidak mau menyembah selain Allah. Akhirnya, mereka pun tidak mau mengucapkannya. Oleh karena itu di dalam surat Al Fatihah kita selalu membaca :
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu saja kami meminta pertolongan!” (QS. Al Fatihah ayat 5)
- Tauhid Asma’ wa Shifat yaitu mengimani semua informasi di dalam Al Quran dan Hadist shahih berkenaan dengan sifat-sifat Allah yang disebutkan oleh Allah sendiri maupun oleh rasul-Nya.Sebagaimana misalnya tentang sifat-sifat Allah seperti bersemayam, turun, datang, dan tangan-Nya. kita wajib mengimani sifat-sifat Allah ini dalam makna hakikatnya, apa adanya, tanpa disertai dengan takwil, ta’thil, takyif, tamtsil, dan tafwidh, definisinya adalah sebagai berikut :
- Takwil ialah memalingkan makna ayat atau hadits dari makna asalnya menjadi makna lain yang batil. Sebagaimana misalnya kata “bersemayam” diartikan “menguasai”.
- Taktil ialah mengingkari dan menolak sebagian sifat-sifat Allah Ta’ala.
- Thaqif ialah membayangkan bagaimana wujud sifat-sifat Allah Ta’ala sebagai misalnya kalimat “Allah bersemayam diatas Arsy” digambarkan bersemayamnya begini dan begitu. Padahal, jelas bersemayamnya Allah itu berbeda dengan bersemayamnya makhluk dan tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana Allah bersemayam, kecuali Allah Ta’ala sendiri.
- Tamsil ialah menyerupai sifat-sifat Allah dengan sifat-sifat makhlukNya. Misalnya, kita mengatakan: ” Allah turun ke langit, itu sebagaimana turunnya kita “
- Tafwidh ialah tidak mau menetapkan pengertian sifat-sifat Allah titik menurut para ulama zaman dulu, tauhid yang tidak diperbolehkan adalah tauhid dalam hal menggambarkan bagaimana sifat-sifat Allah itu wujud. Sebagai misalnya, kata “bersemayam”. Ulama zaman dulu menetapkan bahwa kata “bersemayam “itu artinya: “tinggi”. Namun tidak ada seorangpun yang mengetahui bagaimana dan seberapa tingginya, kecuali Allah semata.
Referensi :
Minhajul Firqotin Najiyah wat Tha’ifah Al-Manshurah, Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu
Thehabaib.com – Media Islam dan Kajian Online