fbpx

Taubat adalah kewajiban

Taubat adalah kewajiban - The Habaib

Adakah manusia yang tidak pernah berbuat dosa? tentu jawabannya tidak, karena setiap manusia tidak pernah terlepas dari dosa. Jika dahulu kala, berbuat dosa tidak semudah sekarang. Jaman sekarang dengan gadget ditangannya, begitu mudah seseorang berbuat dosa, walaupun dia terkunci didalam kamarnya sendirian.

Setiap saat manusia pernah berbuat dosa, baik dosa kecil maupun dosa besar. Dosa kepada Allah Ta’ala maupun dosa kepada sesama makhluk-Nya. Oleh karenanya setiap orang harus selalu memohon ampunan dan taubat kepada Allah Ta’ala. Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

كُلُّ بَنِى آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ

Setiap anak Adam pasti berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat ( HR. Ahmad III/198, at-Tirmidzi no. 2499), Ibnu Majah no. 4251, dan al-Hakim IV/244).

Taubat adalah salah satu perbuatan yang dicintai Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan merupakan sebab kebahagiaan atau kesuksesan di dunia dan di akhirat. Firman Allah Ta’ala dalam surat An-Nur ayat 31,

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung (QS.An-Nur Ayat 31 )

Allah memerintahkan kepada orang beriman untuk selalu bertaubat dikarenakan luasnya kebaikan dan kasih sayang Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ تُوبُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ تَوۡبَةٗ نَّصُوحًا

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuha (QS. At-Tahrim ayat 8 )

dan taubat nasuha yang dimaksud adalah taubat yang semurni-murninya. Taubat yang ikhlas, jujur, benar, dan taubat yang tidak diiringi lagi dengan perbuatan dosa.

Syarat Taubat Nasuha

  1. Berhenti dari perbuatan dosa dan maksiat yang ia pernah lakukan.
  2. Menyesali dengan sungguh-sungguh perbuatan dosanya itu.
  3. Bertekad untuk tidak mengulangi perbuatannya.
  4. Selain 3 syarat diatas, Jika perbuatan dosanya berhubungan dengan orang lain, maka minta keridha-an orang tersebut dengan minta maaf dan jika mengambil hartanya maka kembalikan haknya.

Al Agharr, salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, memberitahukan Ibnu Umar , bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ فَإِنِّى أَتُوبُ فِى الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ

Wahai sekalian manusia. Taubatlah (beristigfar) kepada Allah karena aku selalu bertaubat kepada-Nya dalam sehari sebanyak 100 kali. (HR. Muslim no. 4871)

Dan Allah Ta’ala senang jika mereka bertaubat. Dan menerima taubat mereka dari semua dosa-dosa yang mereka pernah lakukan betapapun besarnya dosa itu.

Anas bin Malik dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

اللَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ سَقَطَ عَلَى بَعِيرِهِ وَقَدْ أَضَلَّهُ فِي أَرْضِ فَلَاةٍ

Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya melebihi salah seorang dari kalian yang mendapatkan hewan tunggangannya yang telah hilang di padang yang luas.(Shahih HR. Bukhari no.5834 dan Muslim No. 4927 )

Dari Abu Sa’id Al Khudri bahwasanya Nabiyullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

كَانَ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا فَسَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الْأَرْضِ فَدُلَّ عَلَى رَاهِبٍ فَأَتَاهُ فَقَالَ إِنَّهُ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ فَقَالَ لَا فَقَتَلَهُ فَكَمَّلَ بِهِ مِائَةً ثُمَّ سَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الْأَرْضِ فَدُلَّ عَلَى رَجُلٍ عَالِمٍ فَقَالَ إِنَّهُ قَتَلَ مِائَةَ نَفْسٍ فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ فَقَالَ نَعَمْ وَمَنْ يَحُولُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ التَّوْبَةِ انْطَلِقْ إِلَى أَرْضِ كَذَا وَكَذَا فَإِنَّ بِهَا أُنَاسًا يَعْبُدُونَ اللَّهَ فَاعْبُدْ اللَّهَ مَعَهُمْ وَلَا تَرْجِعْ إِلَى أَرْضِكَ فَإِنَّهَا أَرْضُ سَوْءٍ فَانْطَلَقَ حَتَّى إِذَا نَصَفَ الطَّرِيقَ أَتَاهُ الْمَوْتُ فَاخْتَصَمَتْ فِيهِ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ وَمَلَائِكَةُ الْعَذَابِ فَقَالَتْ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ جَاءَ تَائِبًا مُقْبِلًا بِقَلْبِهِ إِلَى اللَّهِ وَقَالَتْ مَلَائِكَةُ الْعَذَابِ إِنَّهُ لَمْ يَعْمَلْ خَيْرًا قَطُّ فَأَتَاهُمْ مَلَكٌ فِي صُورَةِ آدَمِيٍّ فَجَعَلُوهُ بَيْنَهُمْ فَقَالَ قِيسُوا مَا بَيْنَ الْأَرْضَيْنِ فَإِلَى أَيَّتِهِمَا كَانَ أَدْنَى فَهُوَ لَهُ فَقَاسُوهُ فَوَجَدُوهُ أَدْنَى إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي أَرَادَ فَقَبَضَتْهُ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ

Pada jaman dahulu ada seorang laki-laki yang telah membunuh sembilan puluh sembilan orang. Kemudian orang tersebut mencari orang alim yang banyak ilmunya. Lalu ditunjukan kepada seorang rahib dan ia pun langsung mendatanginya. Kepada rahib tersebut ia berterus terang bahwasanya ia telah membunuh sembilan puluh sembilan orang dan apakah taubatnya itu akan diterima? Ternyata rahib itu malahan menjawab: ‘Tidak. Taubatmu tidak akan diterima.’ Akhirnya laki-laki itu langsung membunuh sang rahib hingga genaplah kini seratus orang yang telah dibunuhnya. Kemudian laki-laki itu mencari orang lain lagi yang paling banyak ilmunya. Lalu ditunjukan kepadanya seorang alim yang mempunyai ilmu yang banyak. Kepada orang alim tersebut, laki-laki itu berkata: ‘Saya telah membunuh seratus orang dan apakah taubat saya akan diterima? ‘ Orang alim itu menjawab: ‘Ya. Tidak ada penghalang antara taubatmu dan dirimu. Pergilah ke daerah ini dan itu, karena di sana banyak orang yang beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Setelah itu, beribadahlah kamu kepada Allah bersama mereka dan janganlah kamu kembali ke daerahmu, karena daerahmu itu termasuk lingkungan yang buruk.’ Maka berangkatlah laki-laki itu ke daerah yang telah ditunjukan tersebut. Di tengah perjalanan menuju ke sana laki-laki itu meninggal dunia. Lalu malaikat Rahmat dan Azab saling berbantahan. Malaikat Rahmat berkata: ‘Orang laki-laki ini telah berniat pergi ke suatu wilayah untuk bertaubat dan beribadah kepada Allah dengan sepenuh hati.’ Malaikat Azab membantah: ‘Tetapi, bukankah ia belum berbuat baik sama sekali.’ Akhirnya datanglah seorang malaikat yang berwujud manusia menemui kedua malaikat yang sedang berbantahan itu. Maka keduanya meminta keputusan kepada malaikat yang berwujud manusia dengan cara yang terbaik. Orang tersebut berkata: ‘Ukurlah jarak yang terdekat dengan orang yang meninggal dunia ini dari tempat berangkatnya hingga ke tempat tujuannya. Mana yang terdekat, maka itulah keputusannya.’ Ternyata dari hasil pengukuran mereka itu terbukti bahwa orang laki-laki tersebut meninggal dunia lebih dekat ke tempat tujuannya. Dengan demikian orang tersebut berada dalam genggaman malaikat Rahmat. (Shahih HR. Muslim no. 4967)

Kesimpulan :

  • Kita wajib bertaubat kepada Allah di setiap saat.
  • Keutamaan taubat kepada Allah, adalah karena taubat tersebut dapat menjadi sebab kemenangan dan Allah senang atas taubat hamba-Nya.
  • Taubat nasuha akan menghapus semua dosa-dosa sebesar apapun
  • Bukti betapa luasnya kasih sayang dan kebaikan Allah bahwasanya Allah menerima taubatnya seorang pendosa seberapapun besar dosanya.

Moga Allah jadikan kita orang-orang yang selalu bertaubat kepada Allah Ta’ala setiap hari.

Sudahkah kita beristighfar hari ini ?

Referensi :

  • Syaikh Rasyid bin Husain Al Abdul Karim, Durus alyaumiyah min as sunnah wa Al ahkamu As syar’iyah, 1426 H

The Habaib – Media Islam dan Kajian Online

Leave a Reply

*