Qodarullah belakangan ini kembali kita dapati teman, kerabat, bahkan diri kita sendiri yang menjalani isoman karena terjangkit virus baru. Sejatinya sakit, sehat, kematian, takdir baik dan buruk, semua datang dari Allah Ta’ala, ini adalah ketetapan Allah yang harus diyakini oleh seorang muslim dan dihadapi dengan sabar. Justru sakit yang menimpa seorang hamba dapat menjadi penggugur dosanya sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ,
مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ وَصَبٍ ؛ وَلَا نَصَبٍ ؛ وَلَا هَمٍّ ؛ وَلَا حَزَنٍ ؛ وَلَا غَمٍّ ؛ وَلَا أَذًى – حَتَّى الشَّوْكَةُ يَشَاكُهَا – إلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
Tidaklah menimpa seorang mukmin berupa rasa sakit (yang terus menerus), rasa capek, kekhawatiran (pada pikiran), sedih (karena sesuatu yang hilang) kesusahan hati, atau sesuatu yang menyakiti sampai pun duri yang menusuknya melainkan akan dihapuskan dosa-dosanya.”
(HR. Bukhari no. 5641 dan Muslim no. 2573.)
Tapi amat disayangkan bila kesempatan 10 hari di dalam kamar tidak dimanfaatkan secara maksimal. Waktu ini hanya diisi dengan hal yang boleh (olahraga, makan, berjemur) dan tidak meningkatkan ketakwaan kita, bahkan malah ada yang mengisinya dengan yang merugikan. Ketika justru diisi dengan nonton drakor dan browsing sosmed. Padahal sakit seorang hamba adalah ujian, untuk melihat apakah ia semakin bertaqwa atau justru Semakin lalai. Rasulullah ﷺ bersabda,
إذا أحَبَّ اللهُ قومًا ابْتلاهُمْ
“Jika Allah mencintai suatu kaum maka mereka akan diuji” (HR. Ath-Thabrani dalam Mu’jamul Ausath, 3/302.).
Yuk, jangan menjadi bani rebahan yang merugi. Tapi kita isi waktu yang berharga ini dengan ketaatan kepada Allah Ta’ala. Jadikan waktu ini untuk introspeksi hubungan kita dengan Allah Ta’ala dan kecintaan kita kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Orang yang pulih dari penyakit itu bukan hanya kembali sehat tubuhnya, namun imannya bertambah dan dosanya berkurang.
Semoga Allah lindungi kita dari waktu yang tidak bermanfaat.