fbpx

Kapan kita Istirahat ?

Banyak orang yang berpikir bahwa hidup ini bertujuan agar kaya, punya anak atau hidup foya foya. Namun juga ada orang-orang yang berpikir lebih jauh dan tahu bahwa sesungguhnya hidupnya adalah untuk beribadah kepada Allah Ta’ala sesuai tuntunan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Pembahasan kita kali ini adalah tentang mereka yang total dan gigih dalam beribadah kepada Allah Ta’ala. Kesehariannya dipenuhi dengan kegiatan yang bermanfaat untuk akhiratnya. ini disebabkan oleh keyakinan yang kokoh terhadap adanya hari akhir akan berdampak penuh pada kegiatannya sehari-hari. Hal ini membuat lebih hati-hati dalam bersikap, sering berdzikir, rutin menjalankan shalat dengan khusyu’, memperbanyak puasa, sedekah, gemar beramal kepada sesama, dan ibadah-ibadah lainnya.

Intinya kita pun menjalani hidup dengan niat total beribadah kepada Allah. Segala yang kita lakukan hanya untuk beribadah dan mengharap ke-ridho-an Allah Ta’ala. Jika sudah sampai seperti ini maka inilah titik kenikmatan hidup yang sesungguhnya. Namun yang jadi pertanyaan,

Kapan Istirahatnya ?

Imam Ahmad bin Hanbal rahimahulloh menjawab,

“Jika kita telah menginjakkan kaki di Surga, maka di sanalah kita akan beristirahat.”

Kita akan sungguh-sungguh menjadikan kehidupan di dunia sebagai ladang amal semata, sebab surga lah tujuan akhir kita, yakni garis finish perjuangan. Lelah kita berakhir kalau sudah masuk surga. Demikian pula salah satu pembahasan poin akidah dari Imam Al-Muzani Asy-Syafi’i rahimahullah.

|Baca Juga : Kita Hidup Untuk Apa sih?

Di Surga Tidak Ada Kesulitan, Gangguan, atau Rasa Capek

Allah Ta’ala berfirman,

لَا يَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌ وَمَا هُمْ مِنْهَا بِمُخْرَجِينَ

Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya” (QS. Al-Hijr: 48)

Ibnu Katsir rahimahullah ketika menerangkan ayat ini mengatakan, “Mereka tidak ada kesulitan dan gangguan.”

Hal ini bisa dilihat dari hadits yang membicarakan tentang keutamaan Ummul Mukminin Khadijah radhiyallahu ‘anha dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

أَتَى جِبْرِيلُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذِهِ خَدِيجَةُ قَدْ أَتَتْكَ مَعَهَا إِنَاءٌ فِيهِ إِدَامٌ أَوْ طَعَامٌ أَوْ شَرَابٌ فَإِذَا هِيَ أَتَتْكَ فَاقْرَأْ عَلَيْهَا السَّلَامَ مِنْ رَبِّهَا عَزَّ وَجَلَّ وَمِنِّي وَبَشِّرْهَا بِبَيْتٍ فِي الْجَنَّةِ مِنْ قَصَبٍ لَا صَخَبَ فِيهِ وَلَا نَصَبَ

Pada suatu ketika Jibril pernah datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sambil berkata, ‘Wahai Rasulullah, ini dia Khadijah. Ia datang kepada engkau dengan membawa wadah berisi lauk pauk, atau makanan atau minuman.’ ‘Apabila ia datang kepada engkau, maka sampaikanlah salam dari Allah dan dariku kepadanya. Selain itu, beritahukan pula kepadanya bahwa rumahnya di surga terbuat dari emas dan perak, yang di sana tidak ada kebisingan dan kepayahan di dalamnya.’ (HR. Bukhari, no. 3820 dan Muslim, no. 2432)

Kalau Sudah Masuk Surga, Tidak Akan Keluar Selamanya

Dalam ayat surah Al-Hijr ayat 48 yang dinukil oleh Imam Al-Muzani rahimahullah, “Dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya.” Artinya, mereka kekal di dalam surga dan tidak akan keluar dari surga selamanya.

Dari Abu Said Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إذَا دَخَلَ أهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ وَأهْلُ النَّارِ النَّارَ يُؤْتَى بِالْمَوْتِ كَهَيْئَةِ كَبْشٍ أمْلَحَ فَيُنَادَي مُنَادٍ يَا أهْلَ الْجَنَّةِ فَيَشْرَئِبّوْنَ وَيَنْظُرُوْنَ فَيَقوْلُ هَلْ تَعْرِفُوْنَ هَذَا فَيَقُوْلوْنَ نَعَمْ هَذَا الْمَوْتُ وَكُلهمْ قَدْ رَآهُ ثمَّ يُنَادِي يَا أهْلَ النَّارِ فَيَشْرَئبّوْنَ وَيَنْظُرُوْنَ فَيَقُوْلُ هَلْ تَعْرِفُوْنَ هَذَا فَيَقولوْنَ نَعَمْ هَذَا المْوَتُ وَكلهُمْ قَدْ رَآهُ فَيُذبَحُ ثمَّ يَقوْلُ يَا أهْلَ الْجَنَّةِ خُلُوْد فَلَا مَوْتَ وَيَا أهْلَ النَّارِ خلُوْدٌ فَلَا مَوْتَ

Apabila penduduk surga telah masuk ke dalam surga dan penduduk neraka telah masuk ke dalam neraka, maka didatangkanlah kematian dalam bentuk kambing berwarna putih kehitam-hitaman, kemudian ada yang memanggil, ‘Wahai penghuni surga.’ Mereka pun mengangkat leher dan memandang. Sang penyeru bertanya: apakah kalian mengetahui sosok ini?’ Mereka menjawab, ‘Ya.’ Ini adalah al-maut (kematian), karena mereka semua pernah melihatnya. Yang memanggil pun kem’bali memanggil, ‘Wahai penghuni neraka.’ Mereka pun mengangkat leher dan memandang. Yang memanggil tersebut berkata, ‘Apakah kalian mengetahui sosok ini?’ Mereka pun menjawab, ‘Ya.’ Ini adalah al-maut (kematian), karena mereka semua pernah melihatnya. Maka al-maut itu disembelih lalu yang memanggil berkata, ‘Wahai penduduk surga, kalian akan kekal tidak ada lagi kematian. Wahai penduduk neraka kalian pun akan kekal tidak ada lagi kematian.’

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat ini, sebagaimana ditulis dalam Hadits Riwayat Bukhari, no. 4730.

وَأَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الْحَسْرَةِ إِذْ قُضِيَ الْأَمْرُ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ وَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ

Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman.” (QS. Maryam: 39)

Semoga Allah Ta’ala jadikan kita orang-orang yang istiqomah hingga di finish line yaitu surga tertinggi, surga Firdaus Insya Allah

Barokallohu Fii Kum..

Referensi :

  • Tamam AlMinnah ‘ala Syarh As-Sunnah li Al-Imam Al-Muzani. Khalid bin Mahmud bin ‘Abdul ‘Aziz Al-Juhani.
  • Iidhah Syarh As-Sunnah li Al-Muzani. Cetakan Tahun 1439 H. Syaikh Dr. Muhammad bin ‘Umar Salim Bazmul. Penerbit Darul Mirats An-Nabawiy.
  • Syarh As-Sunnah. Cetakan kedua, Tahun 1432 H. Imam Al-Muzani. Ta’liq: Dr. Jamal ‘Azzun. Penerbit Maktabah Dar Al-Minhaj.

The Habaib – Media Islam dan Kajian Online

Leave a Reply

*