Karakter Itu Menular
Jika faktor genetika itu menurun maka begitu pula adab yang buruk itu menular. Sebab, karakter manusia itu mudah berubah-ubah dan banyak terpengaruh. Manusia ibarat kawanan burung, tercipta dengan sifat pembawaan yang saling meniru.
Rasulullah bersabda,
الأرواحُ جنودٌ مجنَّدةٌ . فما تعارف منها ائتَلَف . وما تناكَر منها اختلف
Ruh-ruh itu bagaikan pasukan yang dihimpun dalam kesatuan. Jika saling mengenal di antara mereka maka akan bersatu. Dan yang saling merasa asing di antara mereka maka akan berpisah. (HR. Muslim 6376)
Ulama Al Khothobi rahimahullah menjelaskan,
على معنى التشاكل في الخير والشر والصلاح والفساد، وأن الخير من الناس يحن إلى شكله والشرير نظير ذلك يميل إلى نظيره، فتعارف الأرواح يقع بحسب الطباع التي جُبلت عليها من خير وشر، فإذا اتفقت تعارفت، وإذا اختلفت تناكرت
Kemungkinan maknanya adalah hal ini merupakan isyarat kepada kesesuaian tipe, baik dalam kebaikan maupun dalam keburukan, baik dalam kebaikan maupun kerusakan. Bahwa orang yang baik itu rindu kepada orang yang setipe dengannya. Demikian pula orang yang buruk hatinya suka kepada orang yang semisalnya (pula). Jadi, saling kenalnya antar ruh itu terjadi sesuai dengan tabiat yang ada pada mereka, baik (ruh) yang baik maupun (ruh) yang buruk. Maka jika ruh-ruh tersebut setipe, menjadi saling kenal (akrab)lah mereka. Namun, jika mereka tidak setipe, maka mereka tidak saling cocok (tidak akrab). Nukilan Al-Fath, juz 3, Halaman 199)
Jika kita lihat maka akan sering kita dapati :
- Orang yang senang menuntut ilmu maka akan senang berkumpul di majlis taklim dengan penuntut ilmu lainnya.
- Jiwa yang suka bersedekah dan baik hati akan cinta kepada yang semisalnya dan akan merasa condong kepadanya.
- Begitu pula pecinta dunia, dia pun akan merasa nyaman, dan condong kepada jiwa yang setipe dengannya, menghamburkan uang dan waktu tanpa ada manfaat untuk akhiratnya.
Berhati-hatilah dalam bergaul dengan memilih sahabat, karena ia dapat merugikan kita. Bukankah mencegah lebih mudah daripada mengobati?
Maka dari itu, pilihlah teman yang akan membantumu dalam mencapai tujuan yang mulia, yaitu mendekatkanmu kepada Rabb, dengan beragama berdasarkan al Qur’an dan Hadits dengan pemahaman yang benar.
Jenis Pertemanan
Ada tiga jenis pertemanan berdasarkan sebabnya, yaitu :
- Pertemanan karena saling memberi manfaat. Adalah jenis pertemanan yang saling bermanfaat satu sama lain, baik berupa harta, jabatan atau lainnya. Jika manfaatnya hilang, maka mereka akan saling menjauh. Betapa banyak pertemanan seperti ini. Jika diberi manfaat mereka puas dan bergembira, namun bila tidak diberi mereka akan kecewa. Teman akan berubah menjadi shabat dekat bagi yang bisa memberikan manfaat terbesar baginya. Dan kamu akan menjadi sahabat terbaiknya jika kamu melakukan hal yang sama. Contohnya saling meminjamkan mobil, buku dan semisalnya.
- Pertemanan karena kesenangan. Berteman semata-mata untuk mencari kesenangan dengan menghabiskan waktu bersama. Akan tetapi kamu tidak mendapatkan manfaat darinya dan diapun tidak mendapat manfaat darimu. Contohnya berteman dengan sesama anggota biker, dengan sesama penggemar bola, atau pecinta kuliner. Bila kesenangan hilang maka pertemanan berhenti. Pertemanan semacam ini wajib dijauhi. Ia menyibukkan dan mengalihkanmu dengan kesenangan tanpa kau sadari. Waktumu banyak terbuang untuk perkara yang sia-sia.
- Pertemanan karena kebaikan. Yaitu, teman yang dapat mengajakmu kepada ahlak mulia dan mencegahmu dari perbuatan yang buruk serta membukakan bagimu pintu-pintu kebaikan. Ini adalah persahabatan yang dapat diandalkan.
Jenis pertemanan ke-3 lah yang wajib dijunjung tinggi dan dipertahankan. Karena pertemanan nomor 1 dan 2, bila faktor penyebab pertemanan hilang (manfaat dan bersenang-senang) maka pertemanan akan putus.
Teman karena ahlak mulia ibarat “mata uang yang langka,” sesuatu yang sangat sulit di dapat. Hendaknya engkau “gigit dengan geraham” mereka yang selalu membuat kita melakukan kebaikan dan mereka yang selalu menasihati agar kita menjauhi keburukan.
| Baca Juga : Untuk Kamu Yang Terasing
Ada ucapan berharga yang pernah dikatakan oleh Khalifah pada masa bani Umayyah Hisyam bin Abdul Malik (wafat 125H) yaitu:
Tidak ada yang tersisa dari kelezatan dunia ini selain teman yang lebih bisa menjaga diri antara saya dan dia.” (Lihat Thabaqaatun Nassaabiin, hal 31).
Dan sesungguhnya pertemanan yang hakiki adalah karena saling tolong menolong dalam kebaikan, yaitu Agama Islam, bukan dalam perkara dunia.
Sekarang kembali ke diri kita sendiri untuk mengevaluasi, sudah berapa banyak teman kita dalam perkara agama, ataukah kita termasuk orang yang merugi, dikarenakan ternyata semua teman kita adalah dalam urusan dunia yang fana ini.
Referensi:
- Hilyah Thalibil ‘Ilmi, karya syaikh Bakr Bin Abdullah Abu Zaid
- Syarah Hilyah Thalibil ‘Ilmi, Karya Syaikh ‘Utsaimin
Thehabaib.com – Media Islam dan Kajian Online