Sebaik-baiknya Investasi adalah anak yang saleh, dan anak saleh datang dari orang tua yang saleh. kesalehan kedua orang tua merupakan teladan yang baik bagi anak, mempunyai pengaruh yang besar terhadap kejiwaan anak. Apabila kedua orang tua bertaqwa dan teguh mengikuti agama Allah, maka anak-anak akan tumbuh pula dalam ketaatan dan kepatuhan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Inilah yang ditegaskan dalam ayat yang mulia,
ذُرِّيَّةًۢ بَعْضُهَا مِنۢ بَعْضٍ ۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
sebagian keturunan menyerupai turunannya. ( Ali Imran: ayat 34)
Orang-orang tersebut, yakni para Nabi dan keturunan mereka yang mengikuti jalan mereka adalah keturunan yang sambung-menyambung satu sama lain dalam mentauhidkan Allah dan mengerjakan amal saleh. Mereka saling mewarisi akhlak-akhlak yang mulia dan sifat-sifat yang terhormat. Dan Allah Maha Mendengar ucapan hamba-hamba-Nya, lagi Maha Mengetahui perbuatan mereka. Oleh karena itulah Allah memilah dan memilih siapa yang Dia kehendaki di antara mereka.( Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. saleh bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram)
Kesalehan orang tua bisa memberikan manfaat bagi anak turunannya.
Perhatikanlah kisah Nabi Khidir dalam surat Al Kahfi ayat 82. Dia membangun sebuah tembok atau benteng secara sukarela, tanpa mengambil upah dari pekerjaannya. Ketika Nabi Musa Alaihissalam menanyakan kepadanya tentang alasannya, Nabi Khidir menjawab, “karena kedua orang tuanya saleh.”
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ ۚ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ۚ ذَٰلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا
Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya”. (QS Al Kahfi ayat 82),
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَٰنٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَآ أَلَتْنَٰهُم مِّنْ عَمَلِهِم مِّن شَىْءٍ ۚ كُلُّ ٱمْرِئٍۭ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. (QS Ath-Thur ayat 21)
Nabi Ibrahim Alaihissalam membentuk karakter diri, membuat dirinya saleh sebelum mendidik anak-anaknya seperti yang tercantum pada dua ayat berikut dalam surat Ibrahim,
وَوَصَّىٰ بِهَآ إِبْرَٰهِۦمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَٰبَنِىَّ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصْطَفَىٰ لَكُمُ ٱلدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
(ingatlah) ketika Tuhan berfirman kepada (Ibrahim), “berserah dirilah!” Dia menjawab, “aku berserah diri kepada tuhan seluruh alam. (QS Ibrahim ayat 132)
dan di ayat selanjutnya,
ٱلْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنۢ بَعْدِى قَالُوا۟ نَعْبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ ءَابَآئِكَ إِبْرَٰهِۦمَ وَإِسْمَٰعِيلَ وَإِسْحَٰقَ إِلَٰهًا وَٰحِدًا وَنَحْنُ لَهُۥ مُسْلِمُونَ
Dan Ibrahim mewariskan: ( ucapan) itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. “Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim. (QS Ibrahim Ayat 133)
Imam Baihaqi meriwayatkan dengan kitab Al i’tiqad dengan sanadnya sendiri dari Ibnu Abbas radhiallahu anhum, bahwa ketika turun firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala :
وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَٰنِ إِلَّا مَا سَعَىٰ
manusia itu tiada memperoleh sesuatu selain apa yang diusahakannya. (QS. An-najm ayat 39)
Allah berfirman, kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka. (At-Thur ayat 21) yaitu dengan keimanan. Allah Ta’ala memasukkan anak-anak itu ke dalam surga disebabkan oleh Kesalehan bapak-bapak mereka.
Dalam riwayat lain disebutkan tentang firman Allah dalam surat At-Thur ayat 21 di atas, bahwa Ibnu Abbas mengatakan, ” Allah ta’ala mengangkat anak cucu orang beriman yang menyertainya ke dalam derajatnya di dalam derajatnya di dalam dalam surga sekalipun sebenarnya mereka berada di bawah derajat orang tuanya dalam hal amal perbuatannya. (At-Thur ayat 21)
Kalau menginginkan anak yang saleh, orang tua juga harus memperbaiki diri. Bukan hanya berharap anaknya jadi baik, sedangkan orang tuasendiri masih terus bermaksiat, masih bolong-bolong shalatnya, atau masih enggan menutup aurat. Sebagian ulama jaman dulu sampai-sampai terus menambah shalat, agar anaknya menjadi saleh.
|Baca Juga : Orang Tua yang Merugi
Sa’id bin Musayyib, pemimpin para ulama generasi Tabi’in berkata kepada anaknya,
“Sesungguhnya akan aku tambahkan jumlah rokaat salat sunnah yang ku kerjakan demi dirimu agar dirimu terjaga oleh sebab kebaikan yang kulakukan.” Jami’ Al Ulum Wal Hikam karya Ibnu Rajab 1/467
Semoga Allah selalu menjaga kita dan menjadikan kita serta keturunan kita orang-orang yang saleh. Aamiin.
|Baca Juga : Do’a Agar Anak Selalu Dalam Lindungan Allah
Referensi:
Manhaj At-Tarbiyah An-Nabawiyyah lit-Tifl karya Muhamad Suwaid