Ilmu versus kebodohan

Ilmu berkaitan kuat dengan cahaya dan kesuksesan sedangkan kebodohan berkaitan dengan kegelapan dan  kegagalan. Allah ‘Azza wa Jalla mempertegas kepada kita dengan firman-Nya :

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ

Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS:AZ-Zumar ayat 9)

Sesunguhnya orang berilmu sangat berbeda dengan orang bodoh. Orang  berilmu lebih baik kedudukannya disisi Allah, dan lebih baik tempatnya di dalam kehidupan. Orang berilmu lebih takut kepada Allah dan lebih mengerti dan lebih tahu; Allah Ta’ala berfirman :

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. (QS: al Fatir:28)

Didalam ilmu ada yang mengenai perkara-perkara agama dan perkara-perkara dunia, para orang-bodoh tidak memikirkan perihal tersebut, akan tetapi hanya dipahami oleh para ulama, para hakim dan orang-orang berakal. Firman Allah Ta’ala :

وَمَا يَعْقِلُهَا إِلَّا الْعَالِمُونَ

Dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. (QS Al-‘Ankabut ayat 43)

Dan sungguh Al-Quran telah menganjurkan untuk beramal yang berlandasan atas dasar ilmu, Firman Allah Ta’ala :

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ

Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu. (QS: A Taubah ayat 105)

Oleh karena itu, maka sesunguhnya Allah Ta’ala mengganjar perbuatan orang berilmu, atas apa yang diperbuat kepada saudara muslimnya baik berupa kebaikan atau pengetahuan.

Dan sungguh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menunjukkan pentingnya ilmu dan menjelaskan bahwa ada bermacam-macam cara untuk mendapatkannya,dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyatakan, jika seseorang memilih cara manapun yang disebutkan beliau, maka tidak diragukan lagi akan membimbing orang tersebut menuju surga. Dan sungguh  Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berkata juga :

إن الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ

“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi” (HR. Tirmidzi no. 2681)

Ini adalah tempat yang dijanjikan bagi mereka (para ulama) yang telah dikabarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Beliau tidaklah berbicara kecuali dengan apa yang diwahyukan.

Dan ilmu tidak datang hanya dengan duduk santai dan bermalas-malasan, akan tetapi dengan kerja keras. Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين

Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, Allah akan faqihkan ia dalam masalah agama (ini).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Dan ilmu diperoleh dengan belajar sebagaimana pada kisah nabi Allah Musa ‘alaihis salam, yang mengikuti nabi Khidir dan berkata kepadanya :

هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَىٰ أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا

“Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?” (QS. Al-Kahf Ayat 66)

Sesungguhnya dia adalah nabi Allah dan Rasul-Nya,akan tetapi dia tetap mencari tambahan ilmu.

Dan para penyair telah menuliskan banyak prosa & bait-bait yang mengisyaratkan keutamaan ilmu dan ancaman kepada orang bodoh dari sisi kerugian dan kerusakannya jika tidak berilmu. Berkata salah satu penyair :

العلم يرفع بيتا لا عماد له … والجهل يهدم بيت العز والشرف

Ilmu meninggikan rumah yang tidak memiliki tiang (baca :meninggikan derajat) dan kebodohan menghancurkan rumah yang memiliki tiang(baca :merendahkan derajat) yang mulia.

Dan berkata penyair lain,

أن البيوت الخاوية من العلم، إن هي إلا قبور

“Sesungguhnya rumah yang kosong (Tidak berisikan) ilmu, Adalah kuburan

Dan berkata penyair lain bahwa ilmu tidak datang begitu saja atau dalam bentuk hadiah. Akan tetapi diperoleh dengan ketekunan, perhatian dan kesabaran dan sesungguhnya orang berilmu dan orang bodoh tidak akan cocok. Dan belajarlah karena seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan sudah berilmu.

Dan Imam Syafi’i rahimahullah telah mengisyaratkan caranya, dengan memiliki kebiasaan meletakan yang penting dihadapan kita, berharap dengannya dan beliau menyebutkan salah satu perkataan gurunya, yaitu Syaikh Waki’; ” seorang penuntut ilmu wajib menjauhkan diri dari maksiat hingga Allah Ta’ala membuat dia memahami dalam menuntut ilmu.

Imam Syafi’i rahimahullah berkata : ‘Aku mengeluh kepada syaikh waki’ akan lemahnya hapalanku dan beliau menganjurkan aku untuk meninggalkan dosa, dan diapun memberi tahuku bahwa ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidak diberikan kepada pelaku dosa.

Seperti itulah kita melihat bahwa Allah Ta’ala meninggikan derajat para ulama karena adanya keutamaan, hukum, kesabaran, perilaku mereka ketika berusaha menghilangkan kebodohan dari kehidupan kita, dan mereka (orang bodoh) itu hidup didunia bak hama yang membuat pertanian rusak dan tumbuhan di sekitarnya.

Semoga Allah Ta’ala jadikan kita orang-orang yang gigih dalam menuntut ilmu dan diberikan keberkahan..

Referensi :

  • Kitabut ta’bir silsilah ta’limil lughotil ‘arobiyati limustawa robi’, hal 98

The Habaib – Media Islam dan Kajian Online

Leave a Reply

*