Ini adalah prinsip dasar yang harus diketahui dan menjadi pedoman para penuntut ilmu. Tidak diragukan lagi bahwa ilmu memiliki posisi paling penting, bahkan Allah Ta’ala menjadikannya salah satu bagian dari jihad Fii sabilillah, Allah berfirman :
مَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS: At-Taubah Ayat 122)
bersabda juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
مَن يُرِدِ اللهُ به خيرًا يُفَقِّهْه في الدينِ
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, niscaya Allah akan jadikan ia faham dalam agama” (Muttafaqun ‘alaihi).
ِIlmu yang dimaksud disini adalah ilmu tentang syari’at islam, termasuk didalamnya juga ilmu tentang akidah, tauhid dan yang lainnya. Sebagian ulama mengatakan :
ِاَلْعِلْمُ صَلَاةُ السِّرِ وَعِبَادَةُ القَلْب
“Ilmu adalah shalat rahasia dan ibadah hati.”
karena ilmu adalah ibadah, sehingga harus memenuhi pula syarat ibadah, ialah :
1. Keikhlasan niat karena Allah Ta’ala,
hal ini berdasarkan firman-Nya :
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS: Al-Bayyinah Ayat 5)
Dalam sebuah hadits ahad yang terkenal, diriwayatkan dari Amirul Mukminin Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
(( إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ ))
” Sungguh, seluruh amalan itu tergantung pada niat …” (Al-hadits riwayat Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907)
Apabila tidak dibarengi dengan keikhlasan niat maka ilmu yang merupakan ibadah paling utama itu akan berubah menjadi kemaksiatan paling nista. Tidak ada penghancur ilmu yang sedahsyat riya’ -baik riya’ syirik maupun riya’ ikhlas, dan sumʼah, misalnya engkau mengatakan dengan nada sum’ah, “Aku sudah mengetahui dan aku sudah hafal….”
Maka dari itu, bersihkan dirimu dari hal-hal yang me ngotori niat tulusmu dalam menuntut ilmu, seperti kesenangan menonjolkan diri dihadapan orang lain dan mengalahkan teman, menjadikan ilmu sebagai batu loncatan untuk meraih ambisi dan kekayaan duniawi, baik berupa uang, kehormatan, popularitas, sanjungan orang atau agar terilhat keren dan berilmu dihadapan orang lain.
Jika hal-hal ini dan yang serupa dengannya mencampuri niat, niscaya akan rusak dan hilanglah keberkahan ilmu. Oleh karena itu, engkau wajib menjaga niat dari noda keinginan kepada selain Allah serta menghindari hal-hal yang mengantarkan kepadanya.
2. Mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam secara murni,
ini merupakan sifat yang memadukan dua kebaikan, yaitu dunia dan akhirat, dan sebuah bukti cinta kepada Allah dan Rasul-Nya yang perwujudannya adalah berupaya mengikuti ajaran dan jejak “Al Maksum ; Rasulullah ﷺ” , Allah berfirman :
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Sebagai kesimpulan , inilah fondasi dalam hilyah ( baca : perhiasan menuntut ilmu). Kedua poin di atas berkedudukan seperti mahkota dalam pakaian kebesaran.
Wahai para penuntut ilmu! Kalian sekarang duduk menerima pelajaran dan berada di forum paling mulia (majelis ilmu) maka saya berpesan kepada kalian dan kepada diri saya sendiri, agar bertakwa kepada Allah baik dalam keadaan sendiri maupun di hadapan orang banyak. Itulah perbekalan sejati, landasan seluruh keutamaan, dan pelabuhan semua hal terpuji. Ia juga merupakan pemicu kekuatan, tangga menuju ketinggian, dan pengikat hati yang kuat dari daya tarik godaan maka jangan kalian lalaikan
Referensi :
- Hilyah Thalibil Ilmi, Syaikh Bakr bin Abdullah Zaid,
- Syarh Hilyah Thalibil Ilmi, Al-Allamah Asy-Syaikh Al-Utsaimin,
@study room, Cilandak, Jakarta Selatan
Belajar singkat setelah shalat ashar, 9 Dzulhijjah 1441 H.
The Habaib – Media Islam dan Kajian Online