Beramal shalih dahulu sebelum Garis keturunan

Ali bin Husain -Radhiyallahu ‘anhuma- telah hadir mendatangi tempat -tempat menuntut ilmu semenjak usianya masih belia. Dan yang pertama kali mengajarkan beliau adalah ayahnya; Husain bin Ali (ayah Husain adalah Ali bin Abi Thalib, khalifah ke 4 dari Khulafaur Rasyidin -Radhiyallahu ‘anhum-). Dan ketika itu masjid Rasullulah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang agung adalah sekolah beliau yang kedua.

Dan hati pemuda ini tidak tergoda dengan segala sesuatu karena kecintaannya dengan Al Qur’an, maka jika dia membaca ayat-ayat Al Qur’an yang didalamnya ada penjelasan mengenai surga, maka terbanglah hatinya penuh kerinduan, dia membaca ayat-ayat Al Qur’an yang didalamnya ada penjelasan mengenai neraka, maka hatinya penuh dengan rasa takut kepada Allah .

Dan tatkala Ali bin Husain telah sempurna masa remajanya dan berubah menjadi seorang pemuda yang berilmu dan banyak beribadah dari kebanyakan pemuda bani Hasyim. Dia suka memanjangkan sujud dan bersemangat dalam introspeksi diri.

Pada suatu saat, sungguh salah seorang sahabatnya melihat Ali bin Husain berdiri dibawah naungan ka’bah, dia terlihat sedang memohon ampun kepada Allah dan menangis. Sungguh rasa takutnya akan azab akhirat telah mengguncangkan hati Ali bin Husain, maka sahabatnya pun berkata kepadanya : “wahai cucu Rasullulah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mengapa aku melihatmu seperti ini, padahal sesungguhnya kamu memiliki 3 keutamaan, dan aku berusaha menenangkan dirimu, dan semoga kamu menjadi tenang dari rasa takutmu, keutamaan yang pertama adalah bahwa sesungguhnya engkau adalah cucu Rasullulah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan yang kedua bahwasanya Beliau diharapkan akan memberikan syafaat kepadamu dihari perhitungan( baca: kiamat), dan yang ketiga adalah kasih sayang Allah ” , lalu Ali bin Husain berkata : “Sesungguhnya terhubungnya garis keturunanku kepada Rasullulah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menjadikan diriku merasa aman setelah aku mendengar firman Allah ‘Azza wa Jalla :

فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلَا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَتَسَاءَلُونَ

Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya (QS:Al-Mu’minun Ayat 101)

Dan adapun syafaat Kakekku kepadaku, sungguh Allah mengaitkan dengan kalimatnya :

وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَىٰ

Dan mereka tiada memberi syafa’at melainkan kepada orang yang diridhai Allah, (QS: Al-Anbiya Ayat 28)

Dan adapun kasih sayang Allah ta’ala maka Allah berfirman :

إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ

Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS: Al-A’raf Ayat 56)

Referensi:

  • Sururi min hay’ah Tabi’in 5/11

The Habaib – Media Islam dan Kajian Online

Leave a Reply

*