Mayoritas Bangsa Arab masih mengikuti dakwah Nabi Isma’il ‘alaihis salam ketika beliau mengajak mereka menganut agama yang dibawa ayahnya, Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Mereka menyembah Allah dan menauhidkan-Nya, menganut din-Nya hingga lama kelamaan mereka lupa beberapa hal yang pernah diingatkan kepada mereka. Masih tersisa pada mereka ajaran tauhid dan syiar dari din Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, Hingga muncullah ‘Amr bin Luhay, pemimpin Bani Khuza’ah.
Baca juga : Nasab dan Keluarga Besar Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
‘Amr bin Luhay tumbuh dengan perilaku agung & perbuatan Ma’ruf, bersedekah, antusiasme tinggi dalam urusan-urusan agama, sehingga semua orang mencintainya, tunduk terhadapnya, dan menganggap dirinya ulama besar serta wali yang dimuliakan.
Ia bepergian ke kawasan Syam lalu melihat penduduknya menyembah berhala-berhala. Dia merespons positif hal tersebut dan mengiranya suatu kebenaran. Maka ketika pulang dia membawa berhala Hubal dan meletakannya di dalam Ka’bah. Lalu mengajak penduduk Makkah berbuat syirik terhadap Allah dan mereka pun menyambut ajakannya tersebut. Selang berapa lama, penduduk Hijaz mengikuti cara penduduk Makkah karena mereka adalah para pengelola Baitullah dan pemilik al-Masjid al-Haram.
Kesyirikan merajalela & berhala-berhala pun banyak bertebaran di setiap tempat di Hijaz. Tiba musim haji, dia menyerahkan berhala-berhala kepada berbagai kabilah (Lihat Shahih al-Bukhari, 1/222). Hingga setiap kabilah memillikinya bahkan di setiap rumah. Demikianlah kesyirikan dan penyembahan terhadap berhala-berhala menjadi fenomena terbesar dari kepercayaan dan keyakinan orang-orang Jahiliyah, yang mengklaim bahwa mereka masih menganut agama Nabi Ibrahim ‘alaihis salam.
Bangsa Arab Jahiliyah juga mengundi nasib dengan al-Azlam (anak panah tak berbulu). Mereka mengundi nasib dengan itu untuk menentukan aktivitas apa saja yang akan dilakukan, seperti bepergian, menikah, atau lain-lainnya. Mereka juga percaya informasi yang disampaikan oleh dukun (kahin), tukang ramal (arraf), dan ahli nujum (munajjimun/astrolog).
Pada mereka juga terdapat kepercayaan ath-Thiyarah, yaitu merasa pesimis terhadap sesuatu.
Asal muasal keyakinan ini, adalah dari kebiasaan mereka yang mendatangi seekor burung/kijang lalu membuatnya kabur. Jika burung/kijang ke arah kanan, maka mereka jadi bepergian (dianggap pertanda baik). Namun jika burung/kijang itu ke arah kiri, maka mereka tidak berani bepergian dan pesimis.
Bangsa Arab Jahiliyah masih dalam kondisi kehidupan demikian,
Tetapi ajaran Nabi Ibrahim ‘alaihis salam masih tersisa pada mereka & belum ditinggalkan semuanya, seperti pengagungan terhadap Baitullah (Ka’bah), berthawaf, haji, umrah, wukuf di Arafah & Muzdalifah, serta mempersembahkan kurban berupa unta sembelihan. Kaum Jahiliyah juga dikenal suka beristri banyak (poligami) tanpa batasan tertentu. Mereka mengawini dua bersaudara sekaligus, juga mengawini istri bapak-bapak mereka bila telah ditalak atau ditinggal (baca Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 22-23).
Perbuatan zina sudah marak pada setiap lapisan masyarakat.
Hanya saja masih ada sekelompok laki-laki dan wanita yang keagungan jiwanya menolak keterjerumusan dalam perbuatan nista tersebut. Di antara mereka ada yang mengubur hidup-hidup anak-anak wanita mereka karena takut malu dan enggan menafkahinya, lantaran takut menjadi fakir dan melarat (baca Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 151).
Sedangkan hubungan seorang laki-laki dengan saudaranya, anak-anak paman dan kerabatnya demikian rapat dan kuat. Hidup dan mati mereka siap dikorbankan demi fanatisme terhadap suku. Semangat bersatu telah terbiasa dijalankan antar sesama suku.
Singkat kata,
Kondisi sosial mereka berada dalam sangkar kelemahan dan kebutaan. Kebodohan mencapai puncaknya dan khurafat merajalela sementara kehidupan manusia tak ubahnya seperti binatang ternak. Wanita diperjual-belikan bahkan terkadang diperlakukan bak benda mati. Hubungan antar umat sangat lemah, sementara pemerintahan yang perhatian utamanya hanyalah untuk mengisi gudang kekayaan mereka yang diambil dari rakyat atau menggiring mereka berperang melawan musuh-musuh yang mengancam kekuasaan mereka.
FOOT NOTES:
“’AMR BIN LUHAY”
Dari penjelasan sebelumnya, dapat kita ketahui bahwa dialah yang pertama kali merubah ajaran tauhid agama Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan Nabi Isma’il ‘alaihis salam dengan membawa perbuatan syirik melalui kegiatan penyembahan, pengagungan, dan pengharapan kepada selain Allah Ta’ala (menyekutukan-Nya), yaitu kepada benda mati yakni berhala (berupa patung-patung), kepada penduduk Makkah pada awalnya. Hingga akhirnya tersebar di Tanah Hijaz.
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Abdul Malik telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Amru dari Abdullah bin Muhammad bin Aqil dari Jabir bin Abdullah dia berkata:
“Ketika kami berbaris untuk shalat zhuhur atau ashar di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami melihat beliau meraih sesuatu di hadapannya untuk beliau ambil padahal sedang dalam shalat, kemudian beliau meraihnya lagi untuk beliau ambil namun kemudian terhalang sesuatu, lalu beliau mundur ke belakang dan kami pun mundur ke belakang, kemudian beliau mundur untuk yang kedua kalinya dan kamipun mundur.
Setelah salam Ubay bin Ka’b radhiyallahu ‘anhu bertanya, “Wahai Rasulullah, hari ini kami melihat engkau melakukan sesuatu dalam shalat yang sebelumnya tidak pernah engkau lakukan?”
Beliau (shallallahu ‘alaihi wa sallam) menjawab:
إِنَّهُ عُرِضَتْ عَلَيَّ الْجَنَّةُ بِمَا فِيهَا مِنْ الزَّهْرَةِ فَتَنَاوَلْتُ قِطْفًا مِنْ عِنَبِهَا لِآتِيَكُمْ بِهِ وَلَوْ أَخَذْتُهُ لَأَكَلَ مِنْهُ مَنْ بَيْن السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَا يَتَنَقَّصُونَهُ فَحِيلَ بَيْنِي وَبَيْنَهُ وَعُرِضَتْ عَلَيَّ النَّارُ فَلَمَّا وَجَدْتُ حَرَّ شُعَاعِهَا تَأَخَّرْتُ وَأَكْثَرُ مَنْ رَأَيْتُ فِيهَا النِّسَاءُ اللَّاتِي إِنْ اؤْتُمِنَّ أَفْشَيْنَ وَإِنْ سَأَلْنَ أَحْفَيْنَ قَالَ أَبِي قَالَ زَكَرِيَّا بْنُ عَدِيٍّ أَلْحَفْنَ وَإِنْ أُعْطِينَ لَمْ يَشْكُرْنَ وَرَأَيْتُ فِيهَا لُحَيَّ بْنَ عَمْرٍو يَجُرُّ قُصْبَهُ وَأَشْبَهُ مَنْ رَأَيْتُ بِهِ مَعْبَدُ بْنُ أَكْثَمَ قَالَ مَعْبَدٌ أَيْ رَسُولَ اللَّهِ يُخْشَى عَلَيَّ مِنْ شَبَهِهِ فَإِنَّهُ وَالِدٌ قَالَ لَا أَنْتَ مُؤْمِنٌ وَهُوَ كَافِرٌ وَهُوَ أَوَّلُ مَنْ جَمَعَ الْعَرَبَ عَلَى الْأَصْنَامِ حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ يَعْنِي ابْنَ عَمْرٍو حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنِ الطُّفَيْلِ بْنِ أُبَيٍّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلَهُ
“Sesungguhnya telah ditampakkan kepadaku Surga beserta isinya berupa bunga bunga, kemudian aku memetik setangkai dari pohon anggur untuk aku berikan kepada kalian yang seandainya aku dapat mengambilnya pasti akan dapat dimakan oleh siapa saja yang ada di antara langit dan bumi dan tidak akan berkurang. Namun aku terhalang darinya, kemudian ditampakkan kepadaku Neraka dan ketika aku mendapatkan panas sinarnya aku mundur ke belakang, dan kebanyakan orang yang aku lihat di dalamnya adalah para wanita yang jika di percaya (tentang rahasia) mereka justru menyebarkannya, dan jika bertanya mereka memaksa dengan bersikeras.” Bapakku berkata: ” Zakaria bin Adi menyebutkan dalam riwayat yang lain: “Memaksa sedang jika diberi mereka tidak bersyukur. Aku (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) juga melihat Luhai bin Amru menjulurkan lambungnya, dan orang yang paling mirip dengan dia dari yang pernah aku lihat adalah Ma’bad bin Aktsam.”
Ma’bad pun berkata: “Wahai Rasulullah, aku takut menyerupainya sebab ia adalah seorang bapak.”
Nabi menjawab: “Tidak, karena kamu adalah seorang yang mukmin sedangkan dia adalah kafir dan dia adalah orang yang pertama kali mengumpulkan orang-orang arab untuk menyembah patung.”
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Abdul Malik dia berkata: telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Amru dia berkata: telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad dari Thufail bin Ubay dari Bapaknya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan hadits yang serupa.”
(Musnad Ahmad: 20297)
Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Abu Ya’qub Abu ‘Abdullah Al Karmani Telah menceritakan kepada kami Hassan bin Ibrahim Telah menceritakan kepada kami Yunus dari Az Zuhri dari ‘Urwah bahwa ‘Aisyah radliyallahu ‘anha dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
رَأَيْتُ جَهَنَّمَ يَحْطِمُ بَعْضُهَا بَعْضًا وَرَأَيْتُ عَمْرًا يَجُرُّ قُصْبَهُ وَهْوَ أَوَّلُ مَنْ سَيَّبَ السَّوَائِبَ
“Aku melihat penghuni Jahannam sebagiannya saling mematahkan (menindih) sebagian yang lain dan aku melihat Amru bin Amir Al Khuza’i menyeret ususnya di Neraka. Ia adalah orang pertama yang membuat unta Sa`ibah.”
(Hadits Riwayat Bukhari, Shahih Bukhari: 4258)
Allah ta’ala berfirman:
مَا جَعَلَ ٱللَّهُ مِنۢ بَحِيرَةٍ وَلَا سَآئِبَةٍ وَلَا وَصِيلَةٍ وَلَا حَامٍ ۙ وَلَٰكِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ يَفْتَرُونَ عَلَى ٱللَّهِ ٱلْكَذِبَ ۖ وَأَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ
“Allah tidak pernah mensyari’atkan adanya bahirah, sa’ibah, washilah dan ham. Akan tetapi orang-orang kafir membuat-buat dusta atas nama Allah, dan kebanyakan mereka tidak berakal.” (Al-Qur’an surat Al-Ma’idah ayat 103 | 5:103)
“KONDISI MORAL”
Kita tidak dapat memungkiri bahwa pada Masyarakat Jahiliyah terdapat kehidupan nista dan hal-hal yang tidak dapat diterima akal sehat serta ditolak hati nurani. Namun demikian, mereka juga memiliki akhlak mulia, terpuji, dan amat menawan serta membuat terkesima & takjub. Di antaranya adalah:
1. Kemurahan Hati
Mereka berlomba-lomba memiliki sifat ini & berbangga dengannya. Seorang terkadang kedatangan tamu yang merintih kelaparan. Saat itu ia tak memiliki apa-apa selain unta betina yang menjadi gantungan hidupnya & keluarganya. Karna terobsesi oleh getaran kemurahan hati membuatnya bergegas menyuguhkan sesuatu, dengan menyembelih satu-satunya unta miliknya untuk tamunya tersebut.
2. Menepati Janji
Janji dalam tradisi mereka laksana agama yang dipegang teguh, bahkan untuk merealisasikannya mereka tidak segan membunuh anak-anak mereka dan menghancurkan tempat tinggal mereka.
3. Harga Diri yang Tinggi & Sifat Pantang Menerima Pelecehan & Kezhaliman
Implikasi sifat ini, tumbuhnya keberanian yang amat berlebihan, cemburu buta, dan emosi cepat meluap. Mereka tidak bisa bersabar jika dihina dan dilecehkan. Mereka tak segan-segan menghunus pedang, serta mengobarkan peperangan yang panjang. Mereka tidak peduli bila nyawa menjadi taruhan demi mempertahankan sifat tersebut.
4. Tekad yang Pantang Surut
Bila sudah bertekad melakukan sesuatu yang dianggap suatu kemuliaan & kebanggaan, maka tak ada satu pun yang dapat menyurutkan tekad mereka tersebut, bahkan mereka nekad menerjang bahaya.
5. Meredam Kemarahan, Sabar, dan Amat Berhati-hati
Mereka menyanjung sifat-sifat semacam ini, hanya saja keberadaannya seakan terselimuti oleh amat berlebihannya sifat pemberani & langkah cepat untuk berperang.
6. Gaya Hidup Lugu dan Polos ala Badui dan belum Terkontaminasi oleh Peradaban dan Pengaruhnya
Implikasi dari gaya hidup semacam ini adalah, timbulnya sifat jujur, amanah serta anti menipu dan khianat.
Tertanamnya beberapa akhlak yang amat berharga ini, di samping letak geografis Jazirah Arab bagi dunia luar adalah sebagai sebab utama terpilihnya mereka untuk mengemban risalah yang bersifat umum dan memimpin umat manusia dan masyarakat dunia. Sebab, meskipun sebagian akhlak di atas dapat membawa kepada kejahatan dan peristiwa tragis, namun esensi akhlak ini adalah akhlak yang amat berharga, dan akan menciptakan keuntungan bagi umat manusia secara umum setelah adanya sedikit koreksi dan perbaikan atasnya. Hal inilah yang dilakukan oleh Islam ketika datang.
Diringkas dari Sumber Buku:
– Ar-Rahiq al-Makhtum (Sirah Nabawiyah Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, edisi revisi); Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri (Penerbit Darul Haq, Jakarta).
Nantikan Episode selanjutnya ya. in syaa Allah kita semua diberi rizki umur dalam keberkahan. Aamiin. Mari bersholawat atas Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mari mempelajari perjalanan hidup suri teladan kita Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.