Makna Laa ilaaha illallah memiliki 7 syarat :
- Al Ilmu (mengilmui)
dalam menafikan dan menetapkan. Kebalikannya adalah Al jahl (kebodohan). - Al Yaqin (meyakini)
kebalikannya adalah Asy Syak dan Ar Rayb (keraguan). - Al Ikhlash (ikhlas)
kebalikannya adalah Asy Syirku (syirik) dan Ar Riya’ (riya). - Ash Shidqu (membenarkan),
kebalikannya adalah Al Kadzabu (mendustakan). - Al Mahabbah (mencintai)
kebalikannya adalah Al Karhu (membenci). - Al Inqiyadu (menaati),
kebalikannya adalah At Tarku (tidak taat). - Al Qabulu (menerima)
kebalikannya adalah Ar Raddu (menolak).
Sebagian ulama menggabungkan syarat-syarat ini dalam 1 baris bait syair :
علمٌ يقينٌ وإخلاص وصدقك مع محبة وانقياد والقبول لها
“ilmu, yakin, ikhlas, jujurmu disertai dengan cinta, patuh dan menerima”
Dan sebagian ulama yang lain juga membuat bait syair dengan tujuh syarat yang telah dibuat, yang diambil dengan benar dari nash-nash wahyu.
وبشروطٍ سبعة قد قُيِّدت وفي نصوص الوحي حقاً وَرَدَت
فإنه لم ينتفـع قائلـها بالنطق إلا حيث يستكمِلــها
العلـم واليقين والقبــولُ والانقيــاد فادرِ ما أقولُ
والصدق والإخلاص والمحبـة وفَّقـك الله لما أحبـــه
Maka tidaklah bermanfaat orang yang mengatakannya (Laa ilaaha illallah) dengan lisan, kecuali menyempurnakannya
ilmu, yakin, menerima, patuh, pahamilah apa yang saya katakan ini
jujur, ikhlas, cinta, semoga Allah memberimu taufiq pada apa-apa yang Ia cintai.
Kemudian, kami akan jelaskan kepada anda penjelasan dari masing-masing syarat tersebut dengan menyebutkan dalil dari Al Qur’an dan As Sunnah:
1. Al Ilmu (ilmu)
Al ilmu di sini makna yang dimaksudkan adalah ilmu dalam menafikan dan menetapkan.
Hal ini karena anda menafikan semua jenis ibadah kepada seluruh sesembahan selain Allah, dan menetapkan semua ibadah hanya kepada Allah Ta’ala semata. Sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala :
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“hanya kepada-Mu lah kami beribadah dan hanya kepada-Mu lah kami memohon pertolongan” (QS. Al Fatihah ayat 5)
(QS. )
Maksudnya, kami menyembah-Mu semata yaa Allah, dan tidak menyembah selain-Mu, kami meminta pertolongan kepada-Mu yaa Allah dan tidak meminta pertolongan kepada selain-Mu. Maka orang yang mengucapkan “Laa ilaaha illallah” wajib memiliki ilmu makna dari “Laa ilaaha illallah” itu sendiri. Allah Ta’ala berfirman :
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada sesembahan yang hak selain Allah” (QS. Muhammad ayat 19)
Allah Ta’ala juga berfirman:
إِلَّا مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“kecuali mereka mengetahui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini(nya)” (QS. Az Zukhruf: 86)
Para ahli tafsir menjelaskan, maksud dari “illa man syahida” adalah ‘kecuali mereka yang mengetahui’ apa yang mereka syahadatkan tersebut oleh lisan dan hari mereka”.
Dari sahabat Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“barangsiapa yang mati dan ia mengetahui bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, akan masuk surga” (HR. Muslim (no. 26), Ahmad (I/65, 69) dan Abu ‘Awanah (I/7)
2. Al Yaqin (meyakini)
Al Yaqin menafikan syakk dan rayb (keraguan).
Maknanya, seseorang meyakini secara tegas kalimat “Laa ilaaha illallah”, tanpa ada keraguan dan kebimbangan. Sebagaimana Allah mensifati orang Mukmin:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar” (QS. Al Hujurat ayat 15)
3. Al Ikhlas (ikhlas)
Al Ikhlas menafikan syirik dan riya’.
Yaitu dengan membersihkan amal dari semua cabang kesyirikan yang zhahir maupun yang samar, dengan mengikhlaskan niat untuk Allah semata dalam seluruh ibadah. Allah Ta’ala berfirman:
أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ
“Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang ikhlas (bersih dari syirik)” (QS. Az Zumar ayat 3)
Allah Ta’ala juga berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus” (QS. Al Bayyinah ayat 5)
Karena orang-orang munafik mengucapkan kalimat “Laa ilaaha illallah” namun tidak secara jujur. Allah Ta’ala berfirman :
إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ
“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.” (QS.Al-Munafiqun Ayat 1 )
5. Al Mahabbah (cinta)
Al Mahabbah (cinta) menafikan al bughdhu (benci) dan al karhu (marah).
Yaitu orang yang mengucapkan kalimat “Laa ilaaha illallah” wajib mencintai Allah, Rasul-Nya, agama Islam dan mencintai kaum Muslimin yang menegakkan perintah-perintah Allah dan menjaga batasan-batasannya.
Dan membenci orang-orang yang bertentangan dengan kalimat “Laa ilaaha illallah” dan mengerjakan lawan dari kalimat “Laa ilaaha illallah”
yaitu berupa kesyirikan atau kekufuran atau mereka mengerjakan hal yang mengurangi kesempurnaan “Laa ilaaha illallah” karena mengerjakan kesyirikan serta kebid’ahan. Ini dalam rangka mengamalkan sabda Nabi ﷺ :
أوثق عرى الإيمان الحب في الله والبغض في الله
“ikatan iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah” (Hasan HR. Ahmad dalam Musnadnya dari al-Bara’ bin ‘Azib )
Dan yang juga menunjukkan disyaratkannya mahabbah dalam keimanan adalah firman Allah Ta’ala:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah” (QS. Al Baqarah ayat 165).
Dan dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
“Tiga perkara jika itu ada pada seseorang maka ia akan merasakan manisnya iman:
1. orang yang mana Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya,
2. mencintai seseorang yang ia tidak mencintainya kecuali karena Allah,
3. benci untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya dari kekafiran tersebut sebagaimana ia benci untuk masuk neraka.”
6. Al Inqiyad (patuh)
Al Inqiyad (patuh) menafikan at tarku (ketidak-patuhan).
Orang yang mengucapkan kalimat “Laa ilaaha illallah” wajib untuk patuh terhadap syariat Allah dan taat pada hukum Allah serta pasrah kepada aturan Allah. Allah Ta’ala berfirman:
وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ
“Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)” (QS. Az Zumar ayat 54)
Allah Ta’ala juga berfirman:
وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya” (QS. An Nisaa’ ayat 125)
Dan makna dari aslimuu dan aslama dalam dua ayat di atas dalah patuh dan taat.
7. Al Qabul (menerima)
Al Qabul (menerima) menafikan ar radd (penolakan).
Seorang hamba wajib menerima kalimat “Laa ilaaha illallah” dengan sebenar-benarnya dengan hati dan lisannya.
Allah Ta’ala telah mengisahkan kepada kita dalam Al Qur’an Al Karim kisah-kisah orang terdahulu yang telah Allah beri keselamatan kepada mereka karena mereka menerima kalimat “Laa ilaaha illallah”, dan orang-orang yang dihancurkan serta dibinasakan karena menolak kalimat tersebut. Allah Ta’ala berfirman:
ثُمَّ نُنَجِّي رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا كَذَلِكَ حَقًّا عَلَيْنَا نُنْجِ الْمُؤْمِنِينَ
“Kemudian Kami selamatkan rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman, demikianlah menjadi kewajiban atas Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman” (QS. Yunus ayat 103).
Allah Ta’ala juga berfirman:
إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ (35) وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُو آلِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَجْنُونٍ
“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa ilaaha illallah” (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, dan mereka berkata: “Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?” (QS. Ash Shaafaat ayat 35-36)
Demikian penjelasan singkat tentang makna Laa ilaaha illallah.
kita semua memohon taufiq hanya kepada Allah semata agar dapat menegakkan kalimat “Laa ilaaha illallah” sebenar-benarnya baik dalam perkataan, perbuatan dan keyakinan.
dan kita selalu memohon kepada Allah ﷻ untuk selalu menunjukkan kita kejalan yang lurus.
Referensi :
Sumber: http://al-badr.net/muqolat/2575
The Habaib – Media Islam dan Kajian Online